Medio 19 Februari 1959, Kapten Kav Soesilo Soedarman diangkat sebagai Ketua Panitia Doktrin Sendiri, yang menghasilkan Dokumen Rangka Organisasi Kavaleri 1960 (ROK-60). Melalui ROK-60 tersebut, didatangkan Tank AMX-13 dari Prancis (1961), juga Panser Ferret, Saracen, dan Saladin dari Inggris (1961). Panser-panser PV-601 Saladin yang didatangkan merupakan buatan Pabrik ALVIS-Inggris, bersenjatakan kanon kaliber 76mm.
Dalam Peristiwa G-30-S/PKI pada 1 Oktober 1965, Panser Saladin Kavaleri TNI-AD mengawal Markas KOSTRAD-DARMA PUTRA di Jalan Medan Merdeka Timur – Jakarta. Panser Saladin, Saracen, dan Ferret Kavaleri TNI-AD menjadi salah satu yang pertama memperkuat Markas KOSTRAD di Jalan Medan Merdeka Timur – Jakarta.
Panser Saladin TNI-AD turut dilibatkan mengawal Jenazah Para Pahlawan Revolusi ke Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta, 5 Oktober 1965. Panser-Panser Saladin dan Saracen Kavaleri TNI-AD juga dikerahkan untuk menumpas Pemberontakan G-30-S/PKI di Wilayah Jawa Tengah, Oktober-November 1965 juga mengawal Pelaksanaan Sidang Istimewa MPRS di Jakarta pada 1966.
Tahun 1982, Panser-Panser Saladin Kavaleri TNI-AD diretrofit oleh Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal), Bandung dan mesinnya diganti dari mesin BBM Bensin menjadi mesin BBM Solar. Setelah diretrofit, Panser Saladin ber-BBM Solar dapat melaju hingga kecepatan 70km/jam dengan jarak jelajah 600km. Usai diretrofit, panser Saladin lantas didislokasi ke Kodam-Kodam di seluruh Indonesia menggunakan Kapal Angkut ADRI.
Hingga Tahun 2020, Panser PV-601 Saladin Program ROK-60 masih digunakan. Panser BADAK Buatan PT Pindad Bandung dengan Kanon Kaliber 90mm, perlahan-lahan menggantikan peran Panser Saladin sejak 2015. Untuk mengabadikan sejarah, miniatur Panser PV-601 Saladin Kavaleri TNI-AD diabadikan di Museum Soesilo Soedarman – Cilacap, Jawa Tengah.