Pasukan Infanteri ibarat Pion, selalu paling depan dan harus maju terus pantang mundur. Karena mundur berarti mati. Pasukan infanteri datang berjalan kaki, berada paling depan, membawa persenjataan sendiri, menguasai wilayah dengan “dengkul”nya. Merekalah “Ratu Pertempuran”, alias “Queen of the Battle”.
69 Batalyon Infanteri Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) dibangun Jepang untuk menghadapi Sekutu, tahun 1942 – 1945. Satuan PETA inilah yang kemudian menjadi cikal bakal TNI, tahun 1945. Taktik supit urang yang digelar Kolonel Sudirman dalam Palagan Ambarawa. Melalui pertempuran dahsyat lima hari, Pasukan Infanteri TKR berhasil mengusir Belanda dari Ambarawa. 15 Desember 1945.
Menteri/Pangad, Letjen Achmad Yani menganugerahkan kenaikan pangkat istimewa dan Bintang Jasa Nararya, kepada Letkol Himawan Soetanto, Komandan Batalyon Infanteri 330/Kujang I – Siliwangi yang berhasil menumpas pemberontakan Kahar Muzakar dan Andi Sele di Sulsel-Sulteng, dalam Operasi Kilat 1964-1965.