PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) didirikan pada Agustus 1976 di Kompleks Lanuma Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Periode 1985-2000 industri yang secara khusus menangani pengembangan pesawat terbang nasional ini bertransformasi menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Kini IPTN telah berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat.
Dengan filosofi “Berawal Di Akhir dan Berakhir Di Awal” IPTN/PTDI telah terlibat dalam sejumlah perakitan dan pengembangan pesawat terbang karya anak bangsa. Seperti Pesawat CN-212 Aviocar, Pesawat NC-212 untuk POLRI, Helikopter NBO-105 Penerbangan TNI-AL, Pesawat CN-235 Tetuko, Pesawat CN-235 Merpati Nusantara Airlines, Pesawat CN-235 Maritime Patrol Aircrat (MPA) Skadron 800 TNI-AL, Helikopter BELL-412untuk TNI dan POLRI, dan Helikopter NBELL-412 Penerbangan TNI-AD.
IPTN/PTDI juga terlibat dalam rancang bangun dan pengembangan Pesawat Tempur Sergap F-16 Fighting Falcon. Pesawat yang memperkuat TNI-AU sejak 1988-1989 ini pembeliannya dilakukan dengan pola offset.Dalam prosesnya, Menristek/Ketua BPPT Prof BJ Habibie, Dubes RI di AS Soesilo Soedarman, dan Athan RI Kol Soerjadi melakukan lobi di Markas Besar AB AS, Pentagon-USA yang diantaranya membahas Pengadaan Pesawat F-16 (1987). Melalui Pola Offset tersebut, IPTN/PTDI mendapat kepercayaan dari General Dynamics Corp USA untuk membangun komponen-komponen Pesawat F-16 Fighting Falcon.
Filosofi “Berawal Di Akhir dan Berakhir Di Awal” yang digaungkan IPTN/PTDI juga memunculkan kemampuan bangsa dalam new design and engineering mandiri dengan suksesnya Penerbangan Perdana N-250 GATOTKOCO pada 10 Agustus 1995. Mahakarya putra-putri Indonesia itu terbang dengan mulus di langit Indonesia. Melalui Keppres Nomor 71 Tahun 1995, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.Pada 1996, N-250 GATOTKOCO bersama CN-235 TETUKO tampil bersama di PARIS AIR SHOW, Le Bourget Prancis 1996.